Minggu, 23 Februari 2014

Flash Fiction : Suara Hati Nadya



Ternyata hati, tak bisa berdusta
Meski ku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang

Maaf, kujenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja...jenuh...

Taukah kini, kau kuhindari
Merasakan kau, ku lain padamu
Kini temukan, hanya cinta saja
Sementara kau, merasa cukup

***
“Aku takut kamu bosan denganku” sms itu kukirimkan begitu saja kepada dia. Tak lama aku menerima jawaban darinya “Hmm, emang kadang saya ngerasa bosan, tapi ya cuma sementara, soalnya kamu tau sendiri kita ketemu setiap hari. Mungkin kalau udah waktunya LDR-an bakal kerasa, gimana rasanya jauh dari kamu”. Rasanya sulit aku menerima dan membaca sms itu, sesak di dadaku. Ternyata aku membosankan, ya aku Nadya Anggraeni murid kelas 12 SMA di sekolah favorit ternyata membosankan. Aku berusaha tegar dan ya entahlah aku kalut sekali.

Aku memiliki pacar yang satu sekolah denganku, dia baik, sopan, lucu, dan ramah. Tapi dia akan berubah menjadi orang yang menyebalkan, rese, tega di hadapanku. Bagaimana tidak? Kami di sekolah bertemu tetapi dia sering sekali mengabaikanku. Mungkin dia tidak menyadari akan hal itu. Memang dia sempat mengatakan kalau dia bakal menjaga jarak denganku. Tetapi saat ia tertawa dan bukan aku yang menjadi alasan dia dapat tertawa itu sakit bukan main. Ya, dia dapat tertawa dengan bebas dengan orang lain, dengan teman-temannya. Terkadang ia pun bercanda dengan temanku dan aku diabaikannya. Tapi aku menghargainya, aku hanya memendam rasa sakit ini, rasa cemburu ini. Dan berbalik aku menjadi jutek dan kesal ke dia tanpa ia menyadari sebabnya.

Aku memang murid biasa di sekolahku, tak ada yang istimewa dariku. Bahkan pacarku sendiri mengatakan kalau aku itu “aneh” selalu saja aneh. Mungkin ia tak menyadari ketika ia memanggilku “orang aneh” hatiku perih. Mungkin ini hal berlebihan, tapi kalau diingat-ingat. Mungkin karena aku aneh maka ia malu untuk akrab denganku di sekolah. Pacarku, Adrian Maulana, ia dikenal sebagai orang asyik oleh teman-teman. Tapi itu tidak untukku. Adrian memiliki dua kepribadian yang berbeda.

Aku masih memandangi sms dari Adrian. Ingin rasanya aku meneriakkan kekesalanku. Ingin aku melampiaskan amarahku. Tapi aku memang pesandiwara yang hebat. Aku berpura-pura tidak menganggap sesuatu terjadi. Ya sesuatu itu adalah rasa kecewa perasaanku. Bagaimana tidak? Di sekolah aku pun diabaikan. Kalaupun aku berusaha menarik perhatiannya ia akan memandangku sebelah mata. Dan sekarang ia pun bilang ia terkadang bosan denganku karena setiap hari bertemu denganku. Betapa menyedihkan diriku, aku di anggap aneh dan sekarang membosankan bagi Adrian. Adrian Adrian... Andai engkau tahu apa yang kau katakan selama ini seringkali menyakitiku. Mungkin aku yang terlalu sensitif atas apa yang kamu katakan, sehingga perasaan ini bisa sesakit itu.
 
Aku pun membalas “Maaf ya Adrian aku tiba-tiba ngomong gitu J”. Ternyata aku tinggal memasang topengku saja dan semua akan kembali baik-baik saja dihadapanmu. Dan hebatnya kamu pun percaya. Aku pun berpikir ulang, apa sebaiknya aku menghilang dikehidupannya saja toh aku pun sudah tak dianggap. Memang ia perhatian sekali padaku. Dan hanya didepanku. Tetapi aku merasa asing saat ia bersama teman-teman. Apa aku merupakan beban baginya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar